Selasa, 22 Mei 2018

Pejuang Asa, Penakluk Semesta

Di Tepi Jalan Tak Bertuan

Halo, Teruntuk kamu yang jauh disana
Teruntuk kamu yang setahun lalu perlahan menjauh

Aku selalu berharap, dalam doa bahwa kita kan berjumpa
Aku selalu memohon, dalam doa bahwa kita kan bersama
Lalu semesta bercanda, mengubah doa dan pinta menjadi asa belaka
Mengubah kita menjadi aku dan kamu yang tak pernah bersama

Semesta memang suka bercanda, hingga waktu berpihak padanya
Sekuat apapun aku mencoba, semesta kan mengacaukannya

Lalu, kalau kini aku perlahan memelankan tempoku
Kalau kini asaku memudar dan mungkin perlahan menghilang, salahkah aku?

-Dell.Aila-
Sang Pejuang Asa

My Last Desember



Desember, 

Seberkas sinar mentari menerobos melewati celah kelopak mata yang sedikit terbuka, mengganggu sang pemilik yang sedang terlelap. Perlahan ia membuka kelopak matanya mengerjapkan beberapa kali sebelum akhirnya samar samar bayangan itu menjadi lebih jelas. Sosok gadis sedang berdiri dihadapannya, terang terangan mengamatinya.


Terkejut mendapati seorang gadis mengamatinya.
Ribuan kupu kupu di perutnya menggelitik.
Wajahnya memanas walau ia yakin matahari sudah tak menyorotinya lagi.



Sedangkan gadis tadi sudah membulatkan matanya. Pipinya memanas, menyadari bahwa aksi mengamati lelaki itu diketahui sang empunya.

"A..ahh.. anu.. m..maaf" gadis itu tersenyum kikuk, "Aku Deezember, kau boleh memanggilku Dee."lanjutnya dengan uluran tangan mengarah pada lelaki dengan mata berwarna hitam legam yang menyorotnya.

Menyambut uluran tangan sang gadis, ia tersenyum hangat, "Rezta Gema"

^^^

Hari sudah berlalu, namun pertemuan mereka selalu saja sama, Gema yang akan tertidur di bangku taman dan Dee yang akan menutupi Gema dari sengatan matahari. Namun, berbeda dengan kemarin, Gema menikmati saat saat bersama Dee. Saat Dee menunggunya tertidur di bangku taman, saat Dee menutupi paparan sinar mentari, hingga hal terkecil dari yang Dee lakukan Gema menyukai itu.

Gema tersenyum sebelum akhirnya membuka kelopak matanya,"Terimakasih Dee."




Kemarin Gema dan Dee bercerita banyak tentang kehidupan mereka. Seakan akan mereka adalah sepasang yang lama tak bertemu. Atau mungkin memang seperti itu?



^^^

Hah.. hah.. ah..

Gema terbangun dengan napas yang memburu. Ia memimpikan keluarganya.


Semua keluarganya menangis.
Mengingat mimpi itu tanpa sadar air mata Gema mengalir.
"Maafkan aku. Maaf"




Entah apa yang terjadi dengan dirinya saat ini. 
Ia menangis terisak, dan mengatakan maaf berulang kali.



^^^

#GEMA POV

"Aku ingin mengingatkanmu sesuatu" ucapnya riang.

Dahiku berkerut, "Apa?"

"Keluargamu. Kehidupanmu"

Dua kata itu mampu membuatku penuh rasa tertekan, entah mengapa.

Tanpa sadar kini aku berada di cafe yang menurutku sangat klasik. Cafe dengan nuansa yang membuatku nyaman.


Sekilas kilatan memori layaknya slide yang ditampilkan terus dan terus. Bayangan seseorang di sudut ruangan sedang tertawa riang.



Sedetik kemudian aku berhasil menguasai diri.

Kemana dia?

Aku melihatnya, memesan sesuatu entah apa itu. Dee melangkah kemari, ditangannya memegang nampan dengan dua gelas dan satu dessert.

"Apa ini?" Tanyaku setelah Dee meletakan nampan itu.

Dee menyesap mochalattenya, "cafe ini sebenarnya tutup sudah beberapa hari" ia menyesap perlahan minuman hangat itu, "aku tak bisa lagi mengurus cafe ini"

"Oh, milikmu? pantas saja ka.."

Dee menggeleng memotong ucapanku, "bukan.. ini miliknya..seseorang yang sangat kusayang"

"Lalu kemana ia?"


Dee tersenyum. Bohong. Itu senyum yang tidak kusukai. Entah mengapa rasanya menyayat hatiku.



^^^

Ini hari ketigaku sejak Dee mengajak jalan jalan membantuku mengingat sedikit kehidupanku.

Aku mengingatnya. Hanya saja ada yang aneh. Kemana mereka? Dan disetiap kilatan memori yang tersaji selalu saja aku merasa ada yang aneh.

Dan hampir setiap malam aku selalu memimpikan keluargaku.


Mereka semakin hari semakin tersiksa.
Suara tangisan itu terus menggema di pikiranku.



"Hei" suara Dee mengagetkanku. Sedikit terperanjat.

Dee tertawa renyah.


Aku semakin hari semakin gila.
Ya. Gila pada Dee.




Setiap hari aku menyatakan cinta.
Kau pikir aku gila? Memang!
Hanya saja selalu dan selalu Dee menolakku!



Kini aku dan Dee berada dalam rumah yang eumhh.. sangat besar menurutku.

"Rumahmu?" Tanyaku takjub.

"Bukan. Rumah kekasihku."


Aku hanya menggumam, mungkin ia rindu kekasihnya? yang aku tahu ia dan kekasihnya tak bisa bertemu karena suatu alasan. 
Dan mungkin itu juga yang membuat ia selalu menolakku, mengatakan bahwa aku tak bisa dengannya.



"Apa ini yang menghalangi kita? Maksudku.."

Dee tersenyum, "Ya." Dee tersenyum, pandangannta menerawang jauh, "apa kau tak mengingatku Gem? Kau juga sudah memiliki kekasih,kau lupa?"

"Kau bercanda kan?" Aku terkekeh, dan jawabannya membungkamku seketika.

"Tidak."

^^^

#AUTHOR POV

sudah berhari hari Gema dan Dee menikmati bulan Desembernya.


Semakin hari fisik Gema semakin melemah. 
Dan semakin hari pula Dee semakin meyakinkan Gema agar kuat dan mau semangat menjalani harinya.




Gema kini mengingat semuanya.
Keluarga dan kehidupannya.
Hanya saja untuk kekasihnya ia tak tahu harus bagaimana ia sama sekali tak mengingatnya



^^^

"Selamat hari ibu, bunda" lirih Gema.



Gema terduduk lemas di bangku taman kota.
Dee belum datang mungkin ia telat, pikir Gema.



Ia memikirkan percakapannya dengan Dee tempo hari.

"Aku pernah mengajakmu ke cafe. Cafe itu tempatmu biasanya bekerja." Ujar Dee.


Gema hanya menganggukan kepala. Berati selama ini ia salah satu pekerja di cafe itu. 
Pantas saja Dee akrab dengannya. Mungkin karena mereka sering bertemu lantaran pemiliknya adalah kekasih Dee, pikir Gema.



"Danau yang waktu itu adalah tempatmu biasanya berfikir tentang inovasi yang kau punya." Dee menghela sejenak, "Kau orang yang pandai Gem.. Orang yang ramah.. Orang yang akan dicintai siapapun ketika melihat manik matamu hanya ada ketulusan yang tegas disana" lanjut Dee.

Gema tertawa renyah, "Kau sangat mengenalku bahkan ketika aku melupakan sebagian kehidupanku"

"Tidak" Dee menggeleng, "Kau bukan melupakan kau hanya membenci dirimu sendiri"

Gema mengernyit tak mengerti.

"Ingatlah. Apa yang terjadi dimasa lalu bukanlah kesalahanmu Gem."

Gema semakin tak mengerti, "Apa maksudmu?" Tanyanya.

^^^

Gema semakin tak mengerti. 



Jika ia seperti yang Dee katakan seharusnya keluarganya tidak meninggalkan Gema sendirian.
Seharusnya kekasihnya menemani ia saat ini.



"Apa menurutmu kita memang ditakdirkan? Ketika semua orang disekitarku meninggalkanku hanya ada dirimu yang juga ditinggalkan kekasihmu" gumam Gema tanpa sadar.

"Tidak juga. Kita hanya ditakdirkan bertemu tapi tidak bersatu" suara itu mengalir dari bibir Dee.


"Ahhhhh!!" Gema terperanjat.
"Kau!! Ughhh.. kapan kau akan datang baik baik. Kalau aku jantungan kau mau mengganti jantungku huh??"



Diluar dugaan Dee malah tertawa terbahak bahak.

"Sialan" umpat Gema perlahan.

"Kau.. Apakah ingin menjadi ibu dan suatu ketika menerima ucapan hari ibu dari anakmu?" Tanyanya tiba-tiba.

Dee mengangguk cepat, "Ya!" Tapi sedetik kemudian raut wajahnya berubah, "tapi aku tak bisa"

Dee melihat Gema menatapnya bingung.

"Aku tak suka anak-anak" lanjutnya dengan tawa khasnya.

Gema menyentil dahi Dee, "kau tak ingin jadi ibu karena anak? Dasar tolol"

Ia memarahi Dee yang kini tengah mengelus dahinya yang menjadi korban kekerasan Gema. Ugh!

"Aku tak bisa Gem.. bukan tak mau.." lirihnya kemudian.

^^^

Semakin hari tubuh Gema semakin melemah.

Malam demi malam ia lewati dengan mimpi yang menurutnya semakin mengerikan.


Ayah dan bundanya. 
Adik adiknya. 
Menangis sesenggukan tiap malam dimimpinya.



Kumohon bangunlah Gema.

Mimpi itu diakhiri dengan suara yang tak asing.

^^^

31.Desember

Saat ini Gema berada di puncak gedung tertinggi di kotanya.

Tubuhnya sudah sangat lemah. Seakan inilah akhir dari segala hidupnya.


Berhari hari ia mencari keluarganya.
Namun nihil.



Dee temannya yang sudah satu bulan ini menemaninya terus memberinya semangat.

Namun bagaimanapun itu tak merubah kenyataan bahwa kini Gema sendirian.

Mimpi mimpi yang kian hari makin memburuk.


Semakin buruk mimpinya.
Semakin lemah tubuhnya.



Ya Tuhan.


Dengan sisa tenaga yang ia miliki.
Ia mendekor puncak gedung itu.
Malam ini.
Tepat tahun baru Dee akan berulang tahun.



^^^


Dee datang pukul 23.05 
Melihat Gema mendekor puncak gedung ini membuatnya terharu.



^^^

#Dee POV

Sejak awal aku bertemu denganmu awal desember. Itu bukan takdir Gem..

Aku yang memaksa diriku menemuimu.

Ketika aku tahu kenyataan bahwa dirimu dan kehidupanmu berubah 180 derajat. Dan kau masih juga tak menyadarinya.


Gema.. maaf jika nantinya aku harus meninggalkanmu..
Aku tak ingin kau terus terluka. Mengingatku disini itu melukai kekasihmu.




Kulangkahkan kakiku mendekati Gema. 
Ia berdiri. Menghadap hamparan udara kosong di depannya.
Bertumpu pada dinding didepannya.




Sedikit berjinjit. 
Kututup matanya dengan tanganku.



"Aku tau itu kau Dee" lirihnya.


Akhir akhir ini kondisinya melemah. Dan aku tahu itu. Tugasku disini membuatnya mengingat setiap kejadian dalam hidupnya.
Mengingatnya akan apa yang sebenarnya terjadi.
Meskipun dengan resiko aku tak akan bisa menemuinya lagi.
Karena ia pasti akan kembali ke kehidupannya.




Aku rela.
Meskipun hatiku harus terluka.



^^^

#AUTHOR POV


Gema dan Dee duduk bersandar pada dinding.
Menantikan tahun baru.



Tahun baru untuk mereka.

Mereka menghabiskan waktu dengan bercanda dan bercengkerama.

"Kau harus mendengarkanku Gem" titah Dee.

Gema memposisikan dirinya mengahadap Dee.

"Apa?" Tanyanya antusias.

"Kau.. saat ini bukan di dunia nyatamu.. bangunlah"

Gema mengernyit tak paham.

"Kau koma Gem. Dari awal aku menemuimu.. kau koma di duniamu.. bangun Gem.. jangan menyesali atas apa yang terjadi terhadap kita. Bangun Gem.. dari awal.. semua tempat yang kita tuju.. adalah tempat dimana kamu selalu disitu Gem.. semuanya.. kam..."


Ucapan Dee seakan menguap tak terdengar. Tubuh Gema limbung. Ia mencengkeram kepalanya, rasa sakit seketika melanda setiap syaraf di tubuhnya.
Kilatan memori dengan cepat menyeruak masuk ke memorinya.



GEMAAA!!!! AAAWAAASS!!!!

Teriakan Dee. Terdengar jelas.


Sebuah truk menghantam badan mobil Gema dan Dee, dari sisi samping kiri. Dee yang duduk disitu pertama kali yang terhantam truk itu.
Gema dengan mentahnya menyaksikan Dee tersiksa. Membuatnya seketika merasakan bahwa dunia berhenti berpihak padanya.
Menyaksikan bahwa seketika itu ia menyalahkan atas kejadian malam itu.
Sebelum akhirnya mereka berdua terhantam sama.
Tapi Dee merasakan sakitnya lebih dulu. 
Dee memeluk Gema sebelum akhirnya mereka tak sadarkan diri.
Berdua. Dimalam dingin dan hujan lebat.



"Jangan menyesal Gema. Aku mencintaimu. Jangan salahkan dirimu."

Kata itu menjadi penghantar terakhir hidup Dee untuk Gema.

Kilatan memori itu dengan cepat menyeruak masuk. Membunuh dan mematikan tiap syaraf yang bekerja.


Gema terduduk lemas.
Tangannya gemetar hebat.



Ia mendongak mendapati Dee menatapnya.

"Bangun sayang. Bunda dan Ayah merindukanmu. Bangunlah" Dee menyentuh pipi Gema hati hati.

Airmata Gema berebut keluar. Tanpa Gema sadari perlahan semaki deras.

"Dee.. Saa.. sayang.. kau..." Gema tak mampu melanjutkan kata selanjutnya.

Airmatanya terus dan terus mengalir.

"Maaf.. maafkan aku.. kalau saja malam itu aku tidak mengaj.."

Dee mengecup kening Gema lama. Mengisyaratkan bahwa semuanya baik baik saja. Bahwa semuanya memang sudah ditakdirkan. Bahwa semuanya bukan salah Gema. Bukan salah sosok yang sangat ia cintai selama bertahun tahun.

Pertahanan Gema habis sudah. Ia terus terisak. Tak tahu harus bagaimana lagi.

Malam itu. Ia kehilangan semuanya. Kehilangan gadis yang sangat ia cintai.

DUAARR.. DUARRR


Gema dan Dee sontak menoleh. 
Pemandangan kembang api yang sangat indah mereka saksikan berdua.




"Happy birthday Dee"
Lirih Gema.




Dee mengangguk.
Mengeratkan pelukannya. Gema dengan ragu membalas pelukan itu. Meskipun kini ia dengan erat juga memeluk Dee.
Takut akan kehilangannya
Meskipun ia tahu hal itu tetap akan terjadi.



"Bangunlah Gema.. Kumohon.. Bangunlah.. Jenguk aku" Dee memohon.

Gema mengangguk, "Aku merelakanmu.. maafkan aku Dee."

Dee mengangguk, "Aku sudah memaafkanmu sejak kau mengijinkanku mencintaimu bertahun tahun lalu"

Perlahan Dee menghilang.

"Terimakasih Gema, untuk Desember terakhir untukku, Deezember"

Dee tersenyum bahagia hingga akhirnya ia benar benar menghilang.

^^^

Sosok lelaki dewasa berdiri di depan nisan, Deezember.

"Hai Dee.. Terimakasih berkatmu aku tersadar dari komaku.. berkatmu selama 31 hari aku tak kesepian.. Dee.. terimakasih.. kau menemaniku selama ini.. terimakasih kau sudah mencintaiku dengan segenap kehidupanmu.. Dee.. kau tahu.. hal yang paling aku suka darimu.. Kau meminta ijin mencintaiku meski kau tahu jawaban apa yang kan kuberikan untukmu"

Gema menghela napas sejenak,"Terakhir Dee.. aku ingin kau tau.. kaulah Desember terakhirku dan kaulah awal tahun baru untukku.. Happy new year Dee.. Dee.. pelukku untukmu"

Selesai mengatakan itu tubuh Gema menghangat.

^^^

#Dee POV

"Pelukku untukmu"


Aku menyaksikannya. Mengatakan semua itu dengan tulus. Aku yakin itu. Tanpa kusadari. Aku memeluknya.
Walaupun aku yakin ia tak melihatku namun pasti ia merasakanku.



"Terimakasih Gema" bisikku.

"Terimakasih untuk harapanku yang terwujud"


Aku pernah memiliki harapan yang tak terwujud
Dan aku tersadar
Harapan hanyalah harapan
Tak kan jadi kenyataan ketika kamu hanya bisa berharap tanpa mewujudkan


-END-

-Dell.Aila-

Cuap Cuap ala kadarnya


Ini cuma cuap-cuap ngga jelas pake banget
Gue suntuk, buka folder di laptop dan nemu tulisan absurd di tahun berapa entahlah..
#fyi, bukan tahun 2018 sekarang ya!

Kayaknya sih bekas event drable dari salah satu komunitas kepenulisan..
Happy reading and don't crying :D
^^^

Jomblo.
Apaan tuh? Bukan kok bukan dodol garut. Jomblo iya jomblo. Bingung kan? Sama! Watdezing!
Gue ga tahu sejak kapan gue sendiri. Sendiri buat gue ga masalah. Toh selama di kandungan emak gue juga sendirian kan? :v
Ngoahaha!
Gue cuma belum bisa ngelupain sedikit luka yang ditorehkan sama sang mantan. Gue ga kecewa sama dia. Sama sikapnya. Gue malah mau ngucapin terimakasih karena dia gue bisa sekuat hari ini. Karena dia gue bisa ngelewatin …emhh.. wait.. itung bentar yak.. 1427 hari.. yang artinya 123.292.800 detik. Hehe.. eh itu seriusan gue itu kali.. hargain kek. -_-“
Gak. Gue beneran ga nyesel sama sekali putus dari dia. Gue Cuma ngerasa ya.. feel so bad aja..halah apaan ~-~
Putus dari dia tahun 2012 ngebuat gue sadar akan satu hal. Semesra apapun, sedekat apapun, selama apapun suatu hubungan bisa aja kandas di pinggir jalan. Iya di pinggir. Kenapa ga di tengah? Elah.. kalo gue  mati ketabrak gimana sama eventnya kamvret -_-“
Sempet berpikir gue mau memerjuangkan dia. Well cinta ga bisa dipaksakan tapi cinta bisa dan harus diperjuangkan. But, who’s care? Memerjuangkan cinta seorang diri? Cinta bukan aku bukan kamu tapi kita. That’s true!
Berjuang selama tiga tahun ini ngebuat gue sadar bahwa hidup gue bukan hanya sekedar dia. Bukan hanya sekedar cinta sesaat aja.
Gue pacaran sama dia selama empat tahun. Sejak 2008 sampe 2012. Putus tepat ketika hari ulangtahun gue berakhir. Jangan dipikir gue pacaran empat tahun selalu ngerayain anniversary. Boro boro aniv bung.. tanggal jadian gue aja ajaib.. masak gak tiap tahun ada. Kamvret ga tuh?! Bego kan gue.. milih tanggal kok yang suka ilang gitu. Udah gitu ulang tahun gue, tanggal jadian, tanggal ultah dia, tanggal putus masak terjadi dalam satu bulan???? ToT
Elahh itumah kutukan jomblo anyut! //plakk//
Gue putus karena dia maksa gue buat ngelakuin hal diluar batas. Bukan batas suci kok..lu kata mau sholat tong! Ah seriusan napa sih.. -_-“
Sejak saat itu gue berpikir semua cowok sama. Hanya berpikir fisik cewek. Kalo ga fisik cewek berarti dia HOMO!! CAMKAN ITU BAIK BAIK.
^^^

Well, singkat kata gue melalui hari demi hari sebaik mungkin. Semulus paha si dedek bayi. Suer deh (o.O)v
Dan dari pengalaman itu sebisa mungkin gue menghindari kontak dengan cowok. Siapapun dia.
Entah kapan hati gue kebuka. Entah kapan luka ini sembuh. Gue cuma berharap kepingan yang tersisa dari reruntuhan hati ini bisa gue jaga sebaik mungkin. (^_^)

BRRAAKK!!!

Astaga. Panas elah paha gue kesiram apaan nih.
“eh sorry mbak. Saya gak sengaja. Mbak gapapa kan?”
“gapapa pale lu kisut mas!! Elah panas ini” gue berdiri. Nepuk nepuk paha gue yang kayaknya kena kopi deh, aroma panas caramel bercampur kopi hitam menyeruak masuk ke rongga pernapasan.

Ahh sabar deh sabar.. gue ngedongak dan ngelihat mas-mas dengan stylenya yang simple banget. But elegan you know.
“lho!! Elo??”

^^^

-END-

-Dell.Aila-

Senin, 29 Agustus 2016

Tentang Hati yang Tersakiti

Tawaku memenuhi rongga hati
Ketika kau mengatakan sepatah kalimat, mungkin beberapa berfikir ini kisah yang menyakitkan namun tidak untukku.
Kau bertanya padaku, diluar ekspektasimu mungkin kau berharap aku akan sedih menangis namun sekali lagi kau bertanya mengapa aku tertawa?
Ini hati, tak mungkin menangis disaat airmata sudah habis
Ini hati, tak mungkin sedih disaat luka yang kau toreh lebih dari perih
Ini hati, akan tertawa ketika disakiti
Kau lupa? jika kau tertawa lepas, akan ada airmata dalam hati yang tersakiti untuk mewakili luka hati

Malam dingin, 29 Agustus 2016

Rabu, 30 September 2015

Sentra Peternakan

Hai!

Siapa yang mau main ke Sentra Peternakan di Semarang??

Nih langsung aja Author kasih ya..

PETERNAKAN

Hai!
masih ada yang bingung karena ga tau definisi peternakan??

Nih Author akan memaparkan sedikit tentang peternakan.

Peternakan adalah

TIPS menjadi PETERNAK SUKSES !

Halo !!
Masih bingung ingin jadi peternak tapi takut gagal?
Santai.. Gagal itu perlu untuk menjadi sukses

Author ada beberapa tips nih.. Semoga kalian bisa nerapin apa yang ada!
Sukses ya!


1.       Bakat
Pada dasarnya